Rapat Koordinasi Penanganan Stunting
Stunting adalah permasalahan gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan pertumbuhan anak terganggu. Salah satu ciri utama stunting pada anak adalah perawatan tinggi badan anak yang lebih rendah dibanding anak-anak seusianya. Stunting juga membuat anak mudah sakit karena sistem imunnya terganggu.
Pengobatan stunting paling efektif dilakukan ketika anak masih dalam masa 1000 hari pertama kelahiran (HPK) dengan perbaikan asupan gizi seimbang dan perawatan kesehatan yang tepat agar anak terhindar dari risiko infeksi.
Pengobatan stunting juga bisa dilakukan hingga anak berusia 5 tahun nanti. Namun, setelah lewat dari usia balita, efektivitas pengobatannya akan lebih sulit untuk mencapai kesembuhan 100% karena anak sudah mulai berkembang.
Fase 1000 hari pertama kehidupan memegang peran sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan si Kecil.
Pada periode ini, organ-organ penting dalam tubuh anak, seperti rangka tulang, jantung dan otak, sampai anggota tubuh seperti kaki dan tangan sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Maka dari itu, upaya yang dilakukan selama periode ini dapat memiliki dampak jangka panjang yang signifikan terhadap kesehatan, perkembangan, dan masa depan anak, bahkan mencegah stunting.
Berikut ini beberapa tindakan pencegahan stunting pada anak berdasarkan rekomendasi Kementerian Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI):
1. Periksa Kehamilan Secara Rutin
Kunci utama dalam pencegahan stunting harus dimulai sejak masa kehamilan. Sebab, stunting dapat terjadi sejak dalam kandungan dan gejalanya akan nampak saat anak berusia 2 tahun. Jadi, sangat penting untuk Mama rutin memeriksakan kesehatan diri serta kondisi kandungan secara rutin, dari mulai terkonfirmasi hamil sampai menjelang melahirkan.
Kontrol kandungan ke dokter juga dapat menambah edukasi dan pemahaman Mama tentang nutrisi yang baik dikonsumsi selama masa kehamilan untuk mengurangi risiko hambatan pertumbuhan janin.
Di Indonesia sendiri sudah ada program ANC Terpadu mulai dari pemeriksaan bidan, pemeriksaan dokter, dokter gigi, pemeriksaan laboratorium dan konsultasi gizi untuk menilai status gizi ibu hamil. Jika ditemukan risiko, dapat langsung diintervensi oleh petugas kesehatan yang berkompeten.
Risiko infeksi dan gangguan kesehatan terkait potensi stunting yang mungkin dialami oleh ibu hamil juga dapat didiagnosis dengan beberapa pemeriksaan laboratorium, termasuk untuk menilai status anemia pada ibu hamil.
2. Memenuhi Kebutuhan Gizi Sejak Hamil
Masih berkaitan dengan poin pertama, penting untuk selalu bisa memenuhi gizi sejak masa kehamilan lewat makanan sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Nutrisi utama yang dibutuhkan selama kehamilan adalah kalori, asam folat, protein, kalsium, zat besi, sampai Vitamin A, C, dan D.
Seorang ibu hamil harus mempunyai status gizi yang baik dan mengonsumsi makanan yang beraneka ragam baik secara proporsi maupun jumlahnya, untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dirinya dan untuk pertumbuhan perkembangan bayinya.
Bila makanan ibu sehari-hari tidak cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan, janin atau bayi akan mengambil persediaan yang ada di dalam tubuh ibunya, seperti sel lemak ibu sebagai sumber kalori; zat besi dari simpanan di dalam tubuh ibu sebagai sumber zat besi janin/bayi.
Demikian juga beberapa zat gizi tertentu yang tidak disimpan di dalam tubuh seperti vitamin C dan vitamin B, yang sebenarnya banyak terdapat di dalam sayuran dan buah-buahan.
3. Beri ASI Eksklusif Minimal 6 Bulan
Menyusui secara eksklusif minimal selama 6 bulan ternyata berpotensi mengurangi risiko stunting pada anak sejak usia dini berkat kandungan gizi mikro dan makronya. Sebagai contoh, protein whey dan kolostrum yang terdapat pada ASI pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang masih rentan.
4. Dampingi dengan MPASI Lengkap dan Bergizi
Setelah usia 6 bulan, IDAI merekomendasikan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun dengan didampingi pemberian menu MPASI lengkap yang bergizi seimbang dan memadai.
Artinya, ibu harus bisa memastikan makanan yang dipilih sebagai MPASI bisa memenuhi gizi mikro dan makro bayi yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting, misalnya protein, karbohidrat, hingga zat besi, zinc, dan vitamin A.
Protein hewani terutama juga harus ada dalam makanan pendamping air susu Ibu (MPASI) anak sejak pertama kali dikenalkan pada usia 6 bulan. Sebab, kandungan asam aminonya lengkap dan dibutuhkan anak untuk mencapai tinggi optimalnya untuk mencegah stunting.
Menurut Kementerian Kesehatan, anak-anak yang mendapatkan asupan protein optimal dan sesuai dengan kebutuhan usia mereka cenderung memiliki tinggi badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang jarang mengonsumsi protein.
Protein hewani bisa didapatkan dari daging sapi, daging ayam, hati ayam, dan telur.
PERGIZI PANGAN Indonesia menekankan bahwa memberikan satu butir telur pada MPASI si Kecil setiap hari terbilang efektif dalam mencegah stunting, karena telur merupakan sumber protein yang kaya dan berkualitas tinggi.
5. Terus Pantau Tumbuh Kembang Anak
Selanjutnya tindakan pencegahan stunting bisa dengan melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak secara teratur, idealnya setiap bulan.
ibu dapat membawa si Kecil ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya secara teratur untuk melakukan pemantauan dan pemeriksaan agar mendapat diagnosis yang tepat.
Pemantauan tumbuh kembang anak bisa dilakukan secara rutin dan berkala pada usia:
- Setiap bulan ketika anak berusia 0 sampai 12 bulan.
- Setiap 3 bulan ketika anak berusia 1 sampai 3 tahun.
- Setiap 6 bulan ketika anak berusia 3 sampai 6 tahun.
6. Melengkapi Imunisasi
Pencegahan stunting juga perlu dilakukan dengan memperhatikan dalam pemberian imunisasi. Sebab, pemberian vaksinasi sesuai dengan jadwal imunisasi memiliki peran penting dalam merangsang sistem kekebalan tubuh anak untuk melindungi dari berbagai penyakit.
Menurut IDAI, anak-anak diwajibkan untuk menerima vaksin secara rutin sesuai dengan jadwal yang ditentukan mulai dari saat baru lahir hingga mencapai usia 18 tahun.
7. Selalu Jaga Kebersihan Lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan tertular penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan risiko stunting. Sebab, stunting juga dapat disebabkan oleh penyakit infeksi yang berulang.
Demikian disampaikan oleh Sri Widiyastuti,SGz yang hadir selaku narasumber Rapat Koordinasi Penanganan Stunting Kelurahan Kaliwiro , Selasa 14 Mei 2024 bertempat di aula Kelurahan Kaliwiro.kegiatan yang bertujuan untuk menyamakan persepsi semua stakeholder dalam upaya penanganan stunting tersebut berlangung selama dua hari dan diikuti 50 peserta yang berasal dari unsur RW,RT, LPMK dan Kader Kesehatan.
Dalam kesempatan terpisah Kepala Kelurahan Kaliwiro, Supriyadi SE menyampakan bahwa Program Penanganan Stunting adalah Program Pemerintah untuk menyambut Indonesia emas 2045 dan dalam penanganan stunting di Kelurahan Kaliwiro, Pemerintah Kelurahan Kaliwiro telah mengalokasikan anggaran dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) tahun 2024 untuk beberapa kegiatan,dimana salah satu kegiatan adalah Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita Stunting.